Titik panas muncul di lima konsesi HTI, Gubernur khawatirkan bencana ganda

EoF News / 13 August 2020
Peta distribusi titik panas di konsesi APP dan APRIL 1-10 Agustus 2020.

Memasuki bulan bersejarah bagi negara Indonesia dan provinsi Riau, puluhan titik panas muncul lagi, di tengah kurangnya intensitas hujan. Dilansir dari Riau Mandiri, Senin (10/8), BMKG mencatat ada 88 titik panas yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Riau. Sedangkan sehari sebelumnya, yakni pada Minggu (9/8/2020), terdeteksi 38 titik panas.

"Total di Sumatra hari ini mencapai 391 titik. Di Riau khususnya ada 88," ujar Prakirawan BMKG Pekanbaru, Yasir Prayuna.

Rincian hotspot di Riau, yakni Bengkalis 12 titik, Kota  Dumai 2 titik, Kampar 2, Pelalawan 19, Rokan Hilir 11, Rokan Hulu 3, Siak 12, Kepulauan Meranti 3, Indragiri Hilir 20, dan Indragiri Hulu 4.

BMKG menyebutkan dari 88 titik yang terdeteksi, terdapat 1 titik yang level confidence-nya tinggi. "Rata-rata hotspot di Riau confidence level-nya sedang. Namun di Bengkalis, di Kecamatan Mandau itu levelnya tinggi. Antara 80 sampai 100 persen. Semakin tinggi confidence level-nya, semakin yakin bahwa itu titik api, bukan lagi titik panas," tambah Prayuna.

Analisis Eyes on the Forest berdasarkan hasil deteksi satelit NASA FIRM VIIRS (dengan level confidence nominal, setara dengan <80%) sejak 1 hingga 10 Agustus 2020, terdapat masing-masing 1 titik panas (hotspot) di 2 konsesi milik grup Asia Pulp & Paper / Sinar Mas Group, yakni PT Satria Perkasa Agung dan PT Sekato Pratama Makmur, serta 2 konsesi milik grup APRIL yakni PT Sumatera Riang Lestari Blok III dan PT RAPP Baserah. Selain itu titik panas juga muncul di konsesi HTI, PT Artelindo Wiratama, bekas pemasok APP.

Berdasarkan data yang dirilis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (PPBD) Riau, sejak Januari hingga Juli 2020, total luas lahan yang terbakar di Riau sudah mencapai 1.371 hektare.

Kebakaran lahan tersebar di Rohil 52 hektare, Dumai 117 hektare, Bengkalis 357 hektare, Meranti 41 hektare, Siak 166 hektare, Pekanbaru 15 hektare, Kampar 22 hektare, Pelalawan 100 hektare, Inhu 48 hektare dan di Inhil 451 hektare.

Sejak Februari 2020, Pemerintah Provinsi Riau telah menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kepala BPBD Riau Edward Sanger mengatakan penetapan ini diputuskan melalui rapat koordinasi oleh Satgas Karhutla Riau yang digelar, Selasa (11/2/2020) malam.

"Status siaga darurat bencana karhutla ditetapkan mulai tanggal 11 Februari hingga berakhir 31 Oktober 2020 mendatang," ujar Edward dalam harian Kompas, Rabu (12/2/2020).

Gubernur Riau Syamsuar mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap mewaspadai kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di saat pandemi Covid-19, yang akan menjadi sangat berbahaya jika keduanya terjadi bersamaan.

“Ini harapan kami, sudah kami sampaikan ke Dewan. Mari kita jaga negeri kita ini dari kebakaran hutan dan lahan. Harapan kita tentunya kepada seluruh masyarakat Riau dengan kondisi sekarang ini sangat riskan ini kebakaran lahan,” ujar Gubri, Senin (10/8/2020), seperti dilansir Riaumandiri.id.

“Akibat dari Karhutla ini, sama dengan covid-19, kalau nanti ada bencana asap itu sasarannya adalah paru-paru, sama dengan covid-19 sama dengan paru-paru. Coba bayangkan kalau dua-duanya nanti kena, saya tak bisa bayangkan tubuh kita tak kuat, jangan sampai terjadi” kata Gubri.