Carbon stock, Biodiversity loss, Pulp & paper, Palm oil, APP, Arara Abadi, deforestasi, harimau, harimau Sumatera, HTI, Riau,
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) telah melakukan komunikasi dengan pihak PT Arara Abadi (grup Asia Pulp & Paper/APP) terkait munculnya harimau di lahan konsesinya pada saat pemanenan, di Distrik Sorek, Pelalawan, Ahad, 4 Juni 2017 lalu. Harimau hampir menyerang seorang pekerja.
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan satwa predator yang memiliki daya jelajah yang luas. Tidak hanya di kawasan hutan alam saja bahkan juga kawasan dengan aktifitas manusia yang tinggi seperti kawasan hutan produksi dan perkebunan. Selain itu, satwa ini khususnya individu - individu muda bermigrasi lokal untuk mencari teritori sehingga mereka sering kali melintasi kawasan aktifitas manusia untuk berpindah dari satu kantong populasi ke kantong yang lain.
Febri juga menjelaskan bahwa harimau memiliki kecenderungan untuk hidup di kawasan ekoton (peralihan dua zona ekologi yang berbeda) seperti hutan sekunder yang berbatasan dengan perkebunan atau pemukiman. Tentunya yang memenuhi persyaratan untuk hidup harimau seperti ketersediaan mangsa, air, tutupan lahan, interaksi dengan harimau lain misalnya untuk berkembang biak dan minimnya ancaman. Sehingga tidak menutup kemungkinan harimau juga terdeteksi di kawasan konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI).
“Kalau bisa jangan disebarluaskan tanpa adanya kawalan intervensi dan pengelolaan harimau,” jelas Febri.
Selanjutnya yang harus dilakukan pihak perusahaan menurut Febri ialah melakukan berbagai tindakan yang tentunya terintegrasi dengan banyak pihak. Seperti sosialisasi, patroli, pemantauan berkala dan pendampingan karyawan perkebunan maupun masyarakat tempatan. Selain itu prosedur keselamatan pekerja dan masyarakat juga penting.
Menanggapi konflik yang terjadi dengan sifat insidental maka perlu dilakukan monitoring untuk memastikan keamanan manusia serta meminimalkan kontaknya dengan harimau. Pemilik perusahaan juga harus memiliki tim terpadu dengan bekal pengetahuan dan kemampuan yang cukup. Selain itu perlu dukungan perlengkapan berupa kendaraan dan perlengkapan safetylainnya.
“Pelestarian harimau adalah tanggung jawab semua pihak, maka sebaiknya pihak perusahaan melakukan tindakan yang terintegrasi pula dengan banyak pihak,” tutup Febri.